Postingan

Tentang Lagu; Sesuatu di Jogja

Gambar
Ia sampai pada kunci terakhir. Genjrengan itu berakhir dengan mulus. Senyumnya terulum lebar seiring lirik lagu ia habiskan. "Ah, leganya ...." Lima menit yang lalu, gadis itu sedang dalam fase lelah. Lelah pada tugas, lelah pada urusan-urusan penting yang kian bertambah menjadi beban saja. Maka ia meletakkan penanya, mematikan layar laptopnya. Sejenak terdiam. Gitar cokelat di pojok ruangan itu sudah berdebu. Menunggu untuk disentuh, tapi gadisnya selalu sibuk hingga acuh. Hari itu, Tuhan mengabulkan doanya sampai pada hati si gadis. Gadis itu melirik, kemudian meraih dan menyetem ulang tiap senar. Sang gitar milik si gadis seutuhnya malam ini. Gadis itu memangkunya, mulai berpikir musik apa yang akan ia mainkan tapi pikirannya tak pernah jauh dari lelaki itu. Lelaki yang pernah menjadi bagian dari kisah kasihnya. Sebuah lagu terlintas. Lagu yang pernah diberikan lelaki itu padanya di suatu ujung malam ketika mengucap rindu masih begitu mudah. Si Gadis berdehem m

For the First Time in Forever

Tes, satu, dua? Hai! Aku kembali! Blog ini berdebu banget ya? Hampir ditinggalkan lima tahun lamanya, dan kuputuskan merombak ulang. Selama beberapa tahun, aku kehilangan gairah menulisku, dan sekarang aku mendapatkannya lagi. Yang dengan senang hati ingin kutuangkan semua di sini! Sebenarnya saat ini ada tiga aplikasi nge-blog di hpku. Bingung, mau mencoba dunia WordPress, berselancar di Tumblr, atau pulang ke Blogspot. But well, here I am right now? I'm home. Nah, terakhir main blog itu dulu kelas enam SD kan ya. Wah, rame-ramenya dan aku betul-betul pengen jadi blogger waktu itu. Aku punya teman sepermainan yang kita saling berlomba buat menghias blog. Aku pernah membuat kursor ini menjadi Hatsune Miiku, pernah menciptakan hujan kucing, pernah membuat kolom komentar di sebelah halaman untuk berkenalan dengan para blogger-walking atau orang-orang yang suka blog travel, membuat tombol top up—ah entah apa namanya—di pojok kanan bawah. Intinya mengutak-atik kode. Asiknya waktu itu.

Filosofi Bebek

Gambar
Pagi itu, kami sekeluarga sarapan sambil mengobrol bersama. Kami berbicara tentang 'bebek'. Entah eottokhae caranya, tapi pembicaraan kami berbelok ke sana. Padahal awalnya kami berbicara tentang Kirap Budaya yang baru saja diadakan kemarin. Mungkin karena Ilya bercerita, "ada yang bawa telur rebus ditumpuk-tumpuk jadi gunung, terus di atasnya dikasih bebek goreng :D. Ada yang bawa dua bebek, warnanya cokelat sama putih. Terus dikasih di sarang. Bebeknya muter-muter kayak gini ...." "Ya bebek biasanya juga yang jantan cuma satu, yang lainnya di betina," kata bapak. "Oh, kalau bebek itu pemimpinnya di depan kan?" ucap ibuku. "Enggak! Justru bebek itu yang merintah di belakang, yang depan itu cuma nurut sama yang di belakang!" jelas bapakku. Aku mangut-mangut. "Berarti seperti pemerintah ya. Pemerintah itu mendorong rakyat untuk maju dari belakang," ibuku menirukan orang yang sedang menggiring bebek den

Krisis Air

Gambar
pict. by Pena Aufa Anyeong juseo (selamat malam) .... Iya, aku nulisin ini waktu malam hari. Kembali lagi nih sama aku yang  cool pasti (duh, kebanyakan gaya, coret aja deh). Aku mau cerita tentang kisahku lagi sama kamu. Iya kamu, yang beauty, or handsome , atau cantik, atau tampan. Kisah ini aku alami beberapa hari yang lalu. Nggg, kira-kira sih Rabu, 14 Oktober 2015. Siang itu, aku dan teman-temanku pergi ke aula putri di sekolah untuk shalat Dzuhur berjama'ah. sesampainya disana, kami meletakkan mukena. Oh, ternyata airnya habis! Enggak ada satu keranpun keluar air! Akhirnya, aku, Rahma, Dhifah, Nanda, dan Rifka mengembara (waduhh bahasanya) mencari air. Karena program di SMP yang kutempati ini ada boarding and fullday, so  kami berlima mencari air di kamar mandi asrama. Tapi, begitu aku dan Rahma mengecek kamar mandi asrama lantai dua, Nanda, Dhifah, dan Rifka balik ke aula. Ya Syugalah, aku dan Rahma kembali naik turun dari asrama sampai kamar mandi di kelas-kelas

Tanpa Judul plus GAJE

Haii, Aufa yang gaje plus kepo balik lagi nih. Aku bawain cerpen acak-acakan aku. Gak lucu emang. Dan aku bingung judulnya apa. So, happy reading! “Andai …,” ucapan Aisha terputus.                 “Apalagi? Jangan suka mengandai yang tidak-tidak!” putus Dea.                 “Memangnya salah?” Aisha menjulurkan lidahnya.                 “Hish, kamu ini. Kalau kamu mengandai terlalu JAUH, bisa-bisa jatuh, lalu sakit. Kalau kamu sakit, siapa yng rugi? Aku yang rugi!” kata Dea.                 “Kamu gila? Kenapa kamu yang rugi? Kan yang jatuh aku? Kamu ini benar-benar aneh!!” rutuk Aisha sebal.                 “Iya juga sih …,” gumam Dea.                 Baru nyadar? Ya Allahhh, ampunilah hamba-Mu yang TIDAK BERDOSA ini! Aisha geleng-gelang kepala kesal.                 “Kamu pusing?” tanya Dea.                 “Iya, pusing lihatin sahabatku yang LOLA ini!” jawab Aisha asal.                 “Kamu kok gitu sih …?” ujar Dea.                 “Kamu ngerasa? Memang kam

Gerhana untuk Bulan part 3

Gambar
Assalamu'alaikum, teman. Apa kabarmu? Senang ya, kalau blog-nya banyak pengunjung. Hehehe .... Nah, aku di sini mau nge-next cerbung aku Gerhana untuk Bulan. Yukk, kita baca! Sebelumnya: Part 2 "Iya, Kak Karin?" Bulan menoleh ke gadis berusia empat belas tahun itu. Karin dan dua sepupunya yang lain, yang sebaya nampak ingin bercerita. "Tahu tidak, sebenarnya ...." Karin menarik napas sebentar. "Cerita saja, Kak!" ucap Bulan tak sabar. Dia berharap, Karin mengatakan sesuatu tentang 'adik'-nya. "Kamu itu punya Adik kan? Tapi sudah meninggal," lanjut Karin. "Ya, memang. Ada yang lain?" tanya Bulan. "Ohh tidak ada. Sudah ya, kami masuk dulu. Dah!" Mereka bertiga berlari meninggalkan Bulan sendiri di halaman. Bulan pun menarik napas dan masuk ke dalam rumah Paman Dion. Dia tidak menyadari bahwa Tante Yana (yang baru saja datang) memanggil ke dalam. Acara sudah hampir dimulai. Bunda L

Jalan-Jalan Bersama Kelas VI Min Jejeran

Hai all ! Banyaaak sekali yang ingin kuceritakan saat ini. Kemarin hari Selasa, 31 Maret 2015 ini, aku dan teman-teman kelas VI Min Jejeran yang kucintai pergi outbound. Ke mana? Pertama, kami pergi ke Kementrian Agama Sleman untuk menemui Bapak Abdul Haris Nufika, yang pernah menjadi kepala sekolah Minejer. Waaahhh ... senang sekali melihat beliau. Kami rindu dengannya. Lalu ada Bapak Lutfi, kepala Kementrian Agama, memberi pesan pada kami. "Rajin-rajinlah membaca. Saya ini dulunya orang desa, loh. Bisa seperti ini sekarang ...," kata beliau. Beliau juga memberikan beberapa pertanyaan, misal; siapa Alexander Flemming? atau nama lain Ibnu Sina? Yang menjawab diberi uang sebanyak Rp 50.000,00. Waw, sayang aku gak dapat. Gak apalah, keep smile! Selanjutnya kami pergi mengunjungi Master Fahrur, ahli Matematika Dahsyat! Beliau mengajarkan kami cara mudah mengerjakan Matematika. Wow! He was great! Setelahnya kami melanjutkan perjalanan ke Candi Prambanan. Tahu kan? Candi tem